Net Protozo – Stunting masih menjadi tantangan besar dalam bidang kesehatan anak di Indonesia. Kondisi anak stunting ini terjadi akibat kekurangan gizi kronis yang berlangsung dalam waktu lama, terutama pada masa awal kehidupan anak. Stunting tidak hanya memengaruhi tinggi badan, tetapi juga berdampak pada perkembangan otak dan kemampuan belajar anak, sehingga dapat menurunkan kualitas hidupnya di masa mendatang.
Penting bagi setiap orang tua, khususnya ibu hamil dan menyusui, untuk memahami apa itu stunting, mengenali tanda-tandanya sejak dini, dan mengetahui cara pencegahannya. Pemahaman ini dapat membantu mengurangi risiko stunting dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga tinggi badannya tidak sesuai dengan usianya. Namun, stunting bukan sekadar masalah tinggi badan yang lebih pendek. Menurut dr. Raden Vini Adiani Dewi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, stunting juga berkaitan erat dengan keterlambatan perkembangan otak serta kemampuan berpikir dan belajar. Dalam sebuah diskusi media bersama PT Interbat dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Barat, dr. Vini menegaskan bahwa penanganan stunting memerlukan pendekatan lintas sektor serta intervensi yang tepat sasaran dan berkelanjutan.
Baca Juga : Gejala Mabuk Udara pada Anak dan Cara Penanganannya
Anak yang mengalami stunting umumnya menunjukkan beberapa ciri. Tinggi badannya cenderung lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Berat badannya stagnan atau tidak bertambah signifikan meskipun usianya sudah lebih dari dua tahun. Anak stunting juga tampak kurang aktif, cepat lelah, serta memiliki kemampuan kognitif yang lambat, misalnya dalam berbicara atau merespons rangsangan.
Dr. Bdn. Yanti Herawati, S.ST., M.Keb, menekankan pentingnya perhatian khusus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Pada masa ini, pertumbuhan otak berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, asupan gizi yang mencakup makronutrien dan mikronutrien harus terpenuhi dengan baik. Nutrisi penting seperti DHA dan asam folat memiliki peran utama dalam mendukung perkembangan otak dan mencegah gangguan pertumbuhan.
Pencegahan stunting idealnya dimulai sejak masa kehamilan. Ibu hamil harus memperoleh asupan nutrisi yang cukup dan seimbang. DHA berperan dalam pembentukan sistem saraf dan otak janin, sementara asam folat penting untuk mencegah cacat pada tabung saraf. Menurut dr. Keven Tali, SpOG, kedua nutrisi ini merupakan komponen utama dalam mendukung kesehatan ibu dan janin.
Setelah masa kehamilan, pemenuhan gizi tidak boleh berhenti. Ibu menyusui juga perlu menjaga pola makan agar ASI mengandung nutrisi yang dibutuhkan anak. Ketika anak memasuki masa MPASI, penting untuk memberikan makanan dengan gizi seimbang yang terdiri atas protein hewani, sayur, buah, dan bila diperlukan ditambah dengan suplemen yang sesuai.
Apt. Clarisa Isakh, S.Farm menyampaikan bahwa pemenuhan nutrisi selama kehamilan dapat dibantu dengan suplemen yang mengandung DHA dari alga, asam folat, vitamin D3, dan kalsium. Meski begitu, Clarisa mengingatkan bahwa pencegahan stunting tidak bisa dilakukan secara individu. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan, serta dukungan aktif dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak yang sehat.
Dengan pemahaman yang baik serta upaya bersama dari berbagai pihak, angka stunting di Indonesia dapat ditekan. Menjaga asupan gizi sejak dini, memperhatikan perkembangan anak, dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan secara rutin adalah langkah penting untuk mencegah terjadinya stunting dan memastikan generasi mendatang tumbuh optimal.
Simak Juga : Kanker Usus Buntu Meningkat di Kalangan Muda, Ahli Bingung