Net Protozo – Puncak pelaksanaan ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) merupakan momen penting bagi seluruh jemaah haji. Namun, di balik kekhidmatan ibadah tersebut, terdapat tantangan besar berupa suhu panas yang sangat tinggi dan kerumunan jutaan orang dalam satu area. Situasi ini meningkatkan risiko terjadinya heat stroke atau serangan panas yang bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Liliek Marhaendro Susilo, menjelaskan bahwa heat stroke merupakan kondisi darurat medis yang dapat mengancam nyawa. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak mampu mengatur suhu internalnya akibat paparan panas berlebih, sehingga suhu inti tubuh meningkat drastis hingga lebih dari 40 derajat Celsius.
Oleh karena itu, penting bagi seluruh jemaah untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh selama menjalankan rangkaian ibadah haji. Salah satu langkah utama yang disarankan adalah memperbanyak konsumsi air putih atau air zamzam secara teratur. Jemaah diimbau untuk minum air setiap 15 hingga 20 menit, bahkan saat tidak merasa haus, guna menghindari dehidrasi.
Selain air putih, konsumsi oralit juga dianjurkan untuk menggantikan elektrolit tubuh yang hilang akibat keringat berlebih. Liliek menegaskan agar setiap jemaah membawa botol minum pribadi agar dapat diisi ulang dengan mudah. Ia juga mengingatkan untuk menghindari minuman berkafein dan bergula tinggi seperti kopi, teh manis, atau minuman bersoda, karena justru dapat mempercepat proses dehidrasi.
Baca Juga : Saraf Kejepit Sering Ditandai dengan Pegal yang Tidak Normal
Selain menjaga asupan cairan, perlindungan dari paparan sinar matahari langsung juga sangat penting. Jemaah dianjurkan untuk memakai pelindung kepala seperti topi lebar, payung, atau membasahi handuk lalu melilitkannya di kepala untuk membantu mendinginkan suhu tubuh. Hindari aktivitas berat di luar ruangan terutama pada jam-jam terik antara pukul 10.00 hingga 16.00 waktu setempat. Sebisa mungkin berteduh di tempat yang sejuk atau berada dalam tenda.
Istirahat yang cukup juga tidak boleh diabaikan. Meskipun semangat ibadah tinggi, tubuh tetap membutuhkan waktu untuk memulihkan tenaga. Jika merasa lelah, pusing, atau tidak enak badan, sebaiknya segera beristirahat dan tidak memaksakan diri untuk tetap beraktivitas. Menjaga stamina sangat penting agar ibadah dapat berjalan lancar hingga akhir.
Asupan makanan yang bergizi dan seimbang juga menjadi bagian penting dalam menjaga kesehatan selama berhaji. Jemaah diimbau untuk makan tepat waktu dan tidak mengonsumsi makanan yang telah melewati batas waktu penyajian. Nutrisi yang cukup akan membantu menjaga daya tahan tubuh di tengah kondisi cuaca ekstrem dan aktivitas fisik yang padat.
Pemanfaatan alat sederhana seperti semprotan air dingin juga bisa membantu meredakan panas tubuh. Mengisi botol semprot dengan air dingin atau air zamzam lalu menyemprotkannya ke wajah dan tubuh dapat memberikan sensasi sejuk. Selain itu, kipas angin genggam atau kipas manual juga bisa digunakan untuk meningkatkan sirkulasi udara di sekitar tubuh.
Jika muncul gejala awal heat stroke seperti pusing berat, tubuh lemas, kulit panas dan kering, atau tidak berkeringat meski cuaca panas, jemaah diminta segera mencari pertolongan medis. Penanganan dini sangat penting untuk mencegah kondisi yang lebih parah. Membawa obat-obatan pribadi dalam tas kecil yang selalu dibawa juga sangat dianjurkan.
Bagi jemaah yang memiliki riwayat penyakit tertentu, penting untuk menginformasikan kondisi tersebut kepada ketua rombongan atau petugas kesehatan kloter agar dapat dipantau secara berkala. Hal ini menjadi langkah preventif jika terjadi kondisi darurat selama ibadah.
Liliek mengingatkan bahwa kesehatan merupakan modal utama dalam beribadah. Ia berharap seluruh jemaah dapat menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin agar dapat menjalani seluruh rangkaian ibadah haji dengan aman, nyaman, dan khusyuk. Dengan menjaga kesehatan dan mengikuti imbauan petugas, diharapkan jemaah dapat meraih haji yang mabrur.
Simak Juga : Mengenal Alergi Obat Anestesi (Bius): Risiko dan Cara Menghadapinya