Net Protozo – Pneumonia mungkin tidak sepopuler COVID-19 atau tuberkulosis, tetapi penyakit ini tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan global. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit ini merupakan penyebab infeksi tunggal terbesar yang mengakibatkan kematian di seluruh dunia, dengan jutaan korban jiwa setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan mencatat sekitar 310 ribu kasus pneumonia pada tahun 2022.
Pneumonia merupakan infeksi atau peradangan yang terjadi pada jaringan paru-paru, khususnya pada bagian yang disebut parenkim paru. Hal ini disampaikan oleh dr. Desdiani, dosen dan spesialis paru dari Fakultas Kedokteran IPB University, dalam sebuah wawancara di kanal YouTube IPB TV.
Penyakit ini disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, dan jamur. Ketiganya berperan besar dalam memicu terjadinya infeksi di saluran pernapasan. Meski terdengar seperti penyakit yang umum, pneumonia sebenarnya bisa berdampak sangat serius, terutama bila menyerang kelompok rentan atau tidak segera ditangani dengan baik.
Gejala awal pneumonia kerap kali menyerupai flu biasa. Pasien bisa saja hanya mengalami pilek, demam ringan, atau batuk. Namun, jika infeksi terus berkembang dan menjalar ke saluran napas bagian bawah, maka akan terjadi peradangan di paru-paru yang berujung pada pneumonia. Oleh karena itu, penting untuk tidak menyepelekan gejala yang tampak ringan.
Baca Juga : Jeruk Ternyata Bisa Bantu Cegah Depresi, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Pneumonia termasuk jenis penyakit akut, artinya berkembang cepat dalam waktu singkat, biasanya dalam hitungan hari hingga dua minggu. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian mendadak, terutama jika menyerang orang yang sebelumnya tampak sehat. Kecepatan perkembangan penyakit ini menjadi salah satu alasan mengapa penyakit ini dianggap berbahaya.
Kelompok yang paling rentan terhadap penyakit ini adalah balita, terutama yang berusia di bawah dua tahun, lansia, serta penderita penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau gangguan autoimun. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah juga lebih mudah terkena infeksi ini. Menurut dr. Desdiani, pada orang dengan penyakit penyerta, gejala pneumonia bisa muncul lebih cepat dan dampaknya cenderung lebih berat.
Gejala yang umum ditemukan pada penderita pneumonia antara lain demam, batuk berdahak atau kering, sesak napas, nyeri dada saat bernapas, lemas, dan hilang nafsu makan. Namun demikian, tidak semua pasien akan menunjukkan gejala lengkap. Respons tubuh terhadap infeksi sangat dipengaruhi oleh usia, imunitas, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Meskipun pneumonia merupakan penyakit serius, kabar baiknya adalah penyakit ini bisa dicegah. Beberapa langkah pencegahan yang dianjurkan meliputi vaksinasi, terutama vaksin pneumonia, influenza, dan COVID-19. Menjaga kebersihan tangan dan lingkungan juga penting untuk mencegah penularan. Selain itu, menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit serta menjaga daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat sangat disarankan.
Jika mengalami gejala flu yang tidak kunjung membaik dalam beberapa hari, terlebih jika disertai demam tinggi, batuk berat, atau sesak napas, sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Deteksi dini dan penanganan cepat sangat menentukan keberhasilan pengobatan dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Pneumonia bukan sekadar flu biasa. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, termasuk mereka yang tampak sehat. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak menunda pengobatan saat gejala muncul. Pencegahan dan kesadaran menjadi kunci utama dalam menekan angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia.
Simak Juga : Natta Reza Pilih Tidak Memaksa Putrinya Belum Berhijab