Net Protozo – Rasa manis pada makanan dan minuman sehari-hari dapat diperoleh dari dua sumber utama, yaitu gula dan pemanis buatan. Gula merupakan zat alami yang sering digunakan untuk memberikan rasa manis, sedangkan pemanis buatan adalah senyawa kimia yang dirancang untuk meniru rasa manis gula tanpa menambah kalori. Meskipun keduanya sama-sama memberikan rasa manis, gula dan pemanis buatan memiliki efek yang berbeda pada tubuh, terutama dalam hal metabolisme dan kesehatan sistem kekebalan tubuh. Pemahaman mengenai perbedaan antara gula dan pemanis buatan penting agar kita dapat mengatur konsumsi dengan bijak demi menjaga kesehatan.
Menurut Dr. dr. Willy Sandhika, MSi., SpPA(K), dosen patologi anatomi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, penggunaan gula kerap dikaitkan dengan penyakit diabetes. Sementara itu, pemanis buatan seringkali berdampak pada sistem imun tubuh. Dalam keterangan yang dikutip dari laman resmi Universitas Airlangga pada Kamis (26 Juni 2025), ia menjelaskan bahwa gula bisa bersifat ganda bagi tubuh—bisa menjadi kawan, tetapi juga bisa menjadi lawan, tergantung pada kondisi tubuh seseorang.
Baca Juga : Vaksinasi Dengue Dimulai di Kutai Kartanegara Lindungi Anak
Pada seseorang yang mengalami kekurangan energi atau gizi buruk, konsumsi gula bisa membantu memenuhi kebutuhan kalori. Namun, pada individu dengan asupan berlebihan, konsumsi gula dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk diabetes dan penyakit metabolik lainnya. Oleh karena itu, asupan gula perlu disesuaikan dengan kondisi dan usia. Anak-anak masih membutuhkan gula untuk mendukung pertumbuhan, sedangkan pada usia lanjut, pola makan sebaiknya mengurangi atau menghindari gula sama sekali. Penting dipahami bahwa pola makan tanpa gula sebaiknya juga tanpa tambahan pemanis buatan.
Dr. Willy juga mengingatkan bahwa pemanis buatan tidak memiliki nilai gizi karena hanya memberikan rasa manis tanpa kandungan kalori. Beberapa jenis pemanis buatan memang telah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun, masih banyak produk yang beredar di pasaran menggunakan pemanis buatan tanpa registrasi resmi. Penggunaan pemanis yang tidak aman berisiko memicu gangguan sistem kekebalan tubuh, salah satunya autoimun. Dalam kondisi tersebut, sistem imun yang seharusnya melindungi tubuh dari ancaman eksternal justru menyerang sel-sel tubuh sendiri. Pemanis buatan diduga kuat menjadi salah satu faktor pemicu reaksi tersebut.
Menanggapi hal ini, Dr. Waode Fifin Ervina Muslihi SGz, MImun., dosen imunologi di Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, menyampaikan kekhawatiran atas maraknya penggunaan pemanis buatan. Ia menegaskan bahwa banyak produk makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan tidak mencantumkan kadar secara jelas pada label kemasan. Padahal, masyarakat perlu mengetahui seberapa banyak pemanis yang masuk ke tubuh mereka agar bisa mengendalikan konsumsinya. Oleh sebab itu, penting bagi setiap individu untuk memiliki kesadaran dan tanggung jawab dalam memilih konsumsi harian, terutama membaca komposisi produk secara teliti.
Salah satu hal yang cukup mengkhawatirkan adalah fakta bahwa pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang sangat tinggi. Menurut Fifin, beberapa jenis pemanis buatan bahkan memiliki tingkat kemanisan hingga 200 kali lipat dibandingkan gula alami. Konsumsi dalam jumlah besar bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik dalam saluran pencernaan. Ketidakseimbangan ini bisa menyebabkan peradangan pada usus dan berakibat pada gangguan sistem imun.
Sistem kekebalan tubuh sebagian besar diproduksi dalam usus. Maka, apabila kesehatan saluran cerna terganggu, produksi sistem imun juga akan menurun. Dampak jangka panjangnya bisa memicu munculnya berbagai penyakit serius seperti autoimun, kanker, dan diabetes. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan asupan makanan dan menghindari konsumsi pemanis buatan secara berlebihan menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Penggunaan gula dan pemanis buatan memang tidak bisa dihindari sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pemahaman akan dampak dari masing-masing jenis pemanis terhadap tubuh menjadi kunci utama dalam menentukan pilihan. Bijak dalam mengonsumsi makanan dan minuman manis tidak hanya melindungi dari penyakit, tetapi juga menjadi bentuk tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri.
Simak Juga : Gejala Alergi Sperma yang Jarang Diketahui, Pria Juga Berisiko