Net Protozo – Mastitis umumnya dikenal sebagai kondisi peradangan pada jaringan payudara yang sering dialami oleh ibu menyusui. Gejalanya meliputi rasa nyeri, pembengkakan, kemerahan, dan demam. Namun ternyata, mastitis tidak hanya menyerang manusia. Hewan ternak seperti sapi juga dapat mengalami kondisi serupa yang berdampak besar terhadap produktivitas susu.
Mastitis pada sapi merupakan peradangan pada jaringan ambing yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Dosen Fakultas Peternakan IPB University, Dr. Iyep Komala, menjelaskan bahwa bakteri penyebab mastitis sering berasal dari lingkungan kandang yang kotor dan tidak higienis. Kondisi ini bisa diperburuk oleh manajemen peternakan yang kurang tepat.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko sapi terkena mastitis antara lain adalah stres yang dialami hewan, perlakuan kasar dari peternak, perubahan pakan yang tiba-tiba, serta kesalahan dalam proses pemerahan. Bahkan kuku sapi yang terlalu panjang saat proses pemerahan dapat menyebabkan luka pada ambing, yang menjadi pintu masuk bagi bakteri.
Baca Juga : Kelopak Mata Bengkak, Bisa Menjadi Tanda Sindrom Nefrotik
Sapi yang mengalami mastitis akan menunjukkan gejala fisik yang cukup jelas. Beberapa ciri utamanya meliputi pembengkakan pada ambing, perubahan warna, serta tekstur susu yang berbeda dari biasanya. Tidak hanya itu, sapi yang terkena mastitis juga menunjukkan penurunan nafsu makan sebagai bentuk respons terhadap rasa tidak nyaman yang dirasakannya.
Selain menurunkan kuantitas, mastitis juga berdampak pada kualitas susu. Susu yang dihasilkan oleh sapi yang terinfeksi bisa mengandung bakteri patogen yang berisiko bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi tanpa pengolahan yang benar. Oleh karena itu, pengendalian mastitis sangat penting untuk menjaga mutu dan keamanan produk susu.
Dalam penanganannya, mastitis dapat diobati dengan dua metode utama, yakni penggunaan antibiotik atau bahan alami. Namun, penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kesalahan dalam pemberian antibiotik bisa menimbulkan residu pada susu yang tidak aman dikonsumsi. Untuk menghindari hal tersebut, peternak kecil sering menggunakan alternatif alami seperti daun sirih.
Ekstrak daun sirih dikenal memiliki sifat antiseptik yang efektif. Jika ekstraknya tidak tersedia, daun sirih dapat direbus untuk dijadikan larutan antiseptik alami. Larutan ini kemudian dapat digunakan dalam praktik pencegahan seperti mencuci ambing atau mencelupkan puting susu sapi setelah pemerahan.
Upaya pencegahan mastitis sebaiknya dilakukan secara konsisten. Salah satu cara yang disarankan oleh Dr. Iyep adalah menjaga kebersihan kandang serta menerapkan prinsip pemerahan yang higienis atau dikenal sebagai good milking practices. Langkah ini termasuk memastikan ambing dalam keadaan bersih sebelum dan sesudah pemerahan, serta penggunaan alat yang steril.
Salah satu metode pencegahan yang cukup efektif adalah teat dipping, yaitu mencelupkan puting susu sapi ke dalam larutan antiseptik setelah proses pemerahan. Larutan yang digunakan dapat berupa tingtur yodium atau rebusan daun sirih. Tujuan dari langkah ini adalah mencegah bakteri masuk ke dalam saluran puting dan mengurangi risiko infeksi.
Lebih jauh, edukasi kepada para peternak menjadi kunci penting dalam mencegah mastitis. Menurut Dr. Iyep, sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan kandang, pemeriksaan kesehatan ambing secara rutin, serta tata cara pemerahan yang baik perlu ditingkatkan. Melalui edukasi dan pendampingan, peternak diharapkan lebih memahami pentingnya tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan ternak mereka.
Mastitis bukan hanya soal penyakit pada sapi, tetapi berkaitan langsung dengan keberlangsungan usaha peternakan dan ketersediaan susu yang sehat bagi masyarakat. Dengan upaya yang tepat dan pengetahuan yang cukup, mastitis dapat dicegah dan ditangani secara efektif tanpa merugikan peternak maupun konsumen.
Simak Juga : Rok Batik Hijab: Pilihan Elegan untuk Tampil Anggun dan Islami