Net Protozo – Kondisi kehamilan sering membawa beragam pertanyaan dan kekhawatiran, terutama bagi calon ibu yang mendengar pengalaman dari anggota keluarga. Banyak yang beranggapan bahwa kondisi kesehatan selama kehamilan akan sama seperti yang dialami ibu atau kerabat perempuan lainnya. Namun, kenyataannya tidak semua kondisi ditentukan sepenuhnya oleh faktor genetik. Lingkungan, pola makan, serta gaya hidup memiliki peran besar dalam menentukan kesehatan ibu hamil. Dengan pemahaman yang tepat, calon ibu dapat membedakan antara risiko yang diwariskan secara genetik dan yang dipengaruhi faktor lain, serta bekerja sama dengan tenaga medis untuk meminimalkan risiko.
Salah satu kondisi kehamilan yang berhubungan dengan faktor genetik adalah diabetes gestasional. Kondisi ini terjadi ketika kadar gula darah meningkat selama kehamilan, dialami oleh sekitar sembilan persen ibu hamil. Meskipun dapat terjadi pada siapa saja, risiko meningkat pada ibu berusia di atas 35 tahun, memiliki indeks massa tubuh tinggi, atau memiliki keluarga dekat dengan riwayat diabetes tipe 2. Pemantauan kadar gula darah menjadi hal penting, karena jika tidak dikendalikan dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan berlebih atau makrosomia, yang memicu kesulitan bernapas serta risiko obesitas dan diabetes di masa depan.
Keguguran juga menjadi salah satu penyebab umum hilangnya kehamilan. Penelitian menunjukkan bahwa hampir sepertiga kasus keguguran berkaitan dengan faktor genetik. Usia ibu yang semakin tua dan riwayat keguguran sebelumnya juga meningkatkan risiko. Meskipun demikian, banyak keguguran disebabkan oleh masalah perkembangan janin atau kondisi rahim. Faktor gaya hidup tidak sehat pun dapat menjadi pemicu. Oleh karena itu, pemantauan sejak awal kehamilan sangat penting untuk mengurangi risiko.
Baca Juga : Masalah Pernikahan Umum yang Bisa Merusak Keharmonisan
Morning sickness atau rasa mual dan muntah pada awal kehamilan juga diyakini memiliki kaitan genetik. Jika ibu, kakak, atau kerabat perempuan pernah mengalaminya, kemungkinan besar seorang perempuan akan mengalaminya juga. Perubahan hormon, kadar gula darah rendah, serta kondisi seperti kehamilan kembar, kelelahan, stres, atau konsumsi makanan tertentu dapat memicu gejala ini.
Depresi pasca persalinan menjadi kondisi lain yang dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Gejalanya meliputi rasa sedih berkepanjangan, perubahan suasana hati, kelelahan ekstrem, dan kesulitan membentuk ikatan emosional dengan bayi. Riwayat depresi pada ibu atau saudara kandung dapat meningkatkan risiko, karena faktor genetik memengaruhi sensitivitas otak terhadap perubahan hormon dan stres setelah melahirkan.
Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi serta pembengkakan pada tangan atau kaki. Kondisi ini muncul akibat gangguan aliran darah menuju plasenta. Faktor genetik memengaruhi cara tubuh mengatur tekanan darah dan membentuk pembuluh darah selama kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dengan cepat dan membahayakan nyawa jika tidak ditangani. Riwayat preeklampsia pada ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan dapat meningkatkan risiko pada generasi berikutnya.
Kelahiran prematur, yakni persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu, juga dapat dipengaruhi faktor keturunan. Sekitar sepuluh persen kelahiran terjadi secara prematur, dan risiko meningkat jika ibu hamil memiliki riwayat pribadi atau keluarga yang pernah mengalami kondisi serupa.
Di sisi lain, beberapa kondisi kehamilan tidak dipengaruhi oleh faktor genetik. Operasi caesar, misalnya, dilakukan berdasarkan pertimbangan medis seperti posisi bayi sungsang, masalah plasenta, atau tanda-tanda gawat janin. Keputusan tersebut tidak dipengaruhi riwayat keluarga. Demikian pula, kenaikan berat badan selama kehamilan lebih banyak ditentukan oleh pola makan, aktivitas fisik, dan berat badan sebelum hamil, bukan oleh riwayat keluarga.
Durasi persalinan juga tidak berkaitan langsung dengan faktor genetik. Cepat atau lambatnya proses persalinan dipengaruhi usia ibu, kesehatan, kekuatan kontraksi, posisi janin, dan ukuran panggul. Pemantauan kontraksi secara berkala membantu tenaga medis menentukan penanganan yang tepat.
Memahami kondisi kehamilan yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan faktor genetik dapat membantu calon ibu mengambil langkah pencegahan yang tepat. Dukungan keluarga, penerapan pola hidup sehat, dan pemantauan medis teratur menjadi kunci untuk menjaga kesehatan ibu serta bayi hingga persalinan tiba.
Simak Juga : WHO dan UNICEF Ajak Negara Perkuat Cuti Melahirkan Berbayar untuk Ibu Menyusui