Net Protozo – Mabuk udara atau airsickness adalah kondisi yang umum dialami oleh banyak orang, terutama anak-anak, saat melakukan perjalanan dengan pesawat terbang. Gejala mabuk udara dapat berbeda-beda pada setiap individu. Ada anak yang hanya merasa sedikit mual, namun ada juga yang sampai muntah berulang kali sepanjang perjalanan. Tingkat keparahan gejala ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis dan durasi gerakan pesawat, kondisi fisik anak saat itu, serta kemampuan tubuh anak untuk beradaptasi terhadap gerakan tersebut.
Dokter spesialis kedokteran penerbangan dari RS EMC Cibitung, Andyka Banyu Sutrisno, menjelaskan bahwa gejala mabuk udara dapat berupa mual, muntah, wajah yang terlihat pucat, keringat dingin, rasa tidak nyaman di perut, serta sering buang angin. Selain itu, anak juga mungkin mengalami sakit kepala, gangguan keseimbangan atau rasa oleng, air liur berlebihan, kelelahan yang berlebihan, dan sering menguap meskipun tidak merasa mengantuk. Gejala-gejala ini perlu menjadi perhatian orang tua agar dapat segera diberikan penanganan yang tepat.
Penanganan mabuk udara terbagi menjadi tiga fase, yaitu sebelum penerbangan, saat penerbangan, dan setelah penerbangan. Pada fase sebelum penerbangan, pencegahan menjadi hal utama. Orang tua disarankan untuk memilih tempat duduk anak di bagian tengah pesawat, karena area tersebut dianggap paling stabil. Selain itu, sebaiknya tempat duduk berada di dekat jendela agar anak dapat melihat ke luar dan mengurangi rasa pusing. Anak juga tidak dianjurkan untuk mengonsumsi makanan tinggi garam, minyak, dan lemak paling tidak tiga jam sebelum penerbangan. Hindari pula agar anak tidak melakukan penerbangan dalam kondisi perut kosong dan pastikan anak tetap terhidrasi dengan baik.
Baca Juga : Varises: Mengenali Ciri dan Cara Efektif Pencegahannya
Selain itu, pemberian obat tidur untuk anak sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan masalah baru. Sebagai alternatif, membawa camilan atau wewangian dengan aroma yang kuat, seperti jahe atau sitrus, dapat membantu mengurangi gejala mabuk udara. Aroma-aroma ini dipercaya mampu meredakan rasa mual dan membuat anak lebih nyaman selama perjalanan.
Pada fase saat penerbangan, beberapa cara penanganan juga perlu dilakukan. Anak sebaiknya diberikan camilan yang beraroma kuat untuk membantu mengurangi mual. Hindari anak membaca terlalu lama agar mata dan otak tidak mengalami kelelahan, yang dapat memperparah gejala mabuk udara. Perhatikan juga asupan air mineral agar anak tetap terhidrasi. Pengaturan ventilasi AC ke arah anak dengan aliran angin yang tidak terlalu kencang juga dianjurkan agar anak merasa lebih nyaman.
Orang tua dapat mengarahkan anak untuk melihat ke luar pesawat ke arah titik horizon dengan posisi kepala yang tetap diam. Cara ini membantu otak menyesuaikan sinyal yang diterimanya sehingga gejala mabuk udara bisa berkurang. Memberikan distraksi yang tidak melibatkan gerakan mata atau kepala, seperti mendengarkan musik, juga bisa membantu. Anak juga perlu dibantu untuk mengatur pernapasan secara perlahan dan dalam agar lebih rileks.
Setelah penerbangan, fase rehabilitasi juga penting diperhatikan terutama jika gejala mabuk udara masih belum membaik dalam waktu 24 jam setelah mendarat. Orang tua perlu mewaspadai tanda-tanda jika anak terlihat tidak mau makan atau minum, tampak sangat lemas, atau menunjukkan tanda-tanda komplikasi seperti sindroma sopite. Sindroma ini ditandai dengan sikap apatis, kantuk berlebihan, sulit berkonsentrasi, sering melamun, mudah marah, dan gangguan tidur.
Jika gejala tersebut muncul, orang tua disarankan untuk segera membawa anak berkonsultasi ke dokter spesialis kedokteran penerbangan agar mendapatkan evaluasi dan penanganan yang tepat. Konsultasi sebelum penerbangan juga sangat dianjurkan terutama bagi anak yang memiliki riwayat mabuk udara dengan gejala berat atau memiliki kondisi medis tertentu. Dengan cara ini, pencegahan dan penanganan yang tepat bisa dilakukan sehingga perjalanan tetap nyaman dan aman.
Mabuk udara terjadi karena tubuh mengalami kebingungan akibat gerakan pesawat yang tidak biasa. Otak menerima sinyal yang bertentangan dari mata, telinga bagian dalam, dan tubuh sehingga memicu rasa mual, pusing, dan muntah. Meski kondisi ini tidak berbahaya, namun bisa mengganggu kenyamanan selama perjalanan. Oleh sebab itu, mengenali gejala dan melakukan penanganan yang tepat sangat penting agar perjalanan tidak menjadi pengalaman yang melelahkan.
Dengan pemahaman dan penerapan langkah-langkah pencegahan serta penanganan yang benar, mabuk udara pada anak tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Orang tua cukup sigap mengenali gejala dan memberikan penanganan sesuai, sehingga liburan keluarga tetap bisa dinikmati tanpa gangguan berarti.
Simak Juga : Manfaat Minum Air Jeruk Nipis Setiap Pagi untuk Kesehatan