Net Protozo – Ahli gizi Esti Nurwanti mengingatkan pentingnya kebiasaan makan yang tepat untuk cegah obesitas pada anak. Salah satu kebiasaan yang perlu dibentuk sejak dini adalah memberikan camilan setelah anak mengonsumsi makanan utama. Menurut Esti, hal ini membantu anak merasa kenyang lebih dulu dari makanan pokok sebelum mengonsumsi camilan. Dengan begitu, anak tidak akan terlalu tergantung pada makanan ringan yang sering kali tidak memiliki nilai gizi seimbang.
Esti menekankan bahwa membiasakan anak untuk menyantap makanan utama sebelum camilan dapat membentuk pola makan yang baik dalam jangka panjang. Ia menyarankan agar orangtua mulai menerapkan kebiasaan ini sejak anak masih kecil. Anak yang terbiasa dengan pola makan sehat sejak dini akan lebih mudah mempertahankan kebiasaan tersebut hingga dewasa.
Ia juga mengingatkan bahwa konsumsi camilan secara berlebihan dapat menjadi penyebab utama kelebihan berat badan pada anak. Obesitas sendiri merupakan pintu masuk bagi berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung. Oleh karena itu, peran orangtua dalam mengatur pola makan anak menjadi sangat krusial.
Selain waktu pemberian camilan, Esti juga mengimbau agar para orangtua memperhatikan kandungan gizi dari makanan yang diberikan, terutama dalam hal kadar gula, garam, dan lemak. Ia mengingatkan bahwa makanan yang tinggi ketiga zat tersebut berisiko memicu berbagai penyakit kronis. Pembatasan konsumsi makanan olahan atau makanan cepat saji yang tinggi garam dan lemak perlu menjadi perhatian utama dalam pola makan keluarga.
Baca Juga : BPOM Perketat Aturan Promosi Obat dan Kosmetik Influencer
Sebagai acuan, Esti mengutip anjuran dari Kementerian Kesehatan yang menyatakan bahwa konsumsi gula sebaiknya dibatasi maksimal 50 gram atau setara dengan empat sendok makan per orang per hari. Untuk garam, batas aman adalah 5 gram atau sekitar satu sendok teh, sedangkan konsumsi lemak dibatasi hingga 67 gram atau sekitar lima sendok makan minyak goreng setiap harinya. Panduan ini penting untuk mencegah gangguan metabolik yang bisa terjadi pada anak sejak usia dini.
Psikolog Saskhya Aulia Prima juga menyampaikan pentingnya membentuk hubungan yang sehat antara anak dan makanan. Menurutnya, masa kanak-kanak adalah periode penting dalam pembentukan kebiasaan makan yang akan terbawa hingga usia dewasa. Jika sejak kecil anak terbiasa mengonsumsi camilan dalam jumlah berlebihan, maka kebiasaan tersebut cenderung terbawa terus hingga dewasa, sehingga memperbesar risiko terkena berbagai penyakit akibat pola makan tidak sehat.
Saskhya mendorong orangtua untuk tidak hanya membatasi camilan, tetapi juga memberikan edukasi tentang pentingnya makanan bergizi dan seimbang. Anak perlu memahami bahwa camilan bukanlah makanan utama dan sebaiknya dikonsumsi secara terbatas. Dengan pemahaman ini, anak akan lebih mudah membentuk pola makan yang baik dan sehat.
Dalam upaya mendukung kebiasaan makan sehat di masyarakat, Mondelez Indonesia melakukan survei tahunan bertajuk State of Snacking. Survei ini bertujuan untuk memahami pola konsumsi camilan masyarakat Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh responden di Indonesia mengonsumsi camilan setidaknya sekali dalam sehari. Bahkan, sebanyak 82 persen responden mengaku mengonsumsi camilan dua kali sehari, dan 51 persen lainnya makan camilan tiga kali atau lebih dalam sehari.
Marfusita Hamburgiwati, Kepala Urusan Perusahaan dan Pemerintah Mondelez Indonesia, berharap hasil survei ini bisa menjadi dasar untuk mendorong masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya pola makan sehat. Ia juga menginginkan adanya perubahan dalam gaya hidup masyarakat, khususnya dalam cara mereka mengonsumsi camilan.
Kebiasaan mengonsumsi camilan memang tidak bisa dihindari sepenuhnya, namun dengan pengaturan waktu yang tepat dan pilihan makanan yang sehat, orangtua dapat membantu anak tumbuh dengan pola makan yang baik. Kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan asupan makanan perlu terus ditanamkan, baik di rumah maupun di lingkungan sekitar anak.
Simak Juga : Kasus Suspect Covid Ramai lagi, Kenali Gejala Awal Virus MERS-CoV