Net Protozo – Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)terus berupaya mempercepat proses registrasi obat onkologi di Tanah Air. Langkah ini diambil sebagai strategi penting untuk menekan tingginya angka kematian akibat kanker yang terus meningkat setiap tahunnya.
Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa percepatan regulasi menjadi kebutuhan mendesak. Berdasarkan data terbaru, Indonesia mencatat sekitar 420 ribu kasus baru kanker setiap tahun. Dari jumlah tersebut, lebih dari 240 ribu orang meninggal dunia, menjadikan kanker sebagai penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Fakta ini menunjukkan bahwa pengendalian kanker perlu perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan di sektor kesehatan.
Taruna mengakui bahwa meski sudah ada beberapa perusahaan farmasi dalam negeri yang memproduksi obat kanker, jumlahnya masih sangat terbatas. Saat ini, hanya sekitar empat hingga lima perusahaan yang mampu menghasilkan obat onkologi. Di antara mereka, Global Oncolab Farma (GOF) dinilai sebagai pelopor dalam pengembangan teknologi dan inovasi untuk pengobatan kanker.
Dengan kondisi tersebut, BPOM mengambil langkah konkret melalui pemangkasan waktu proses registrasi obat. Sebelumnya, proses registrasi bisa memakan waktu hingga 300 hari. Kini, proses tersebut dapat diselesaikan hanya dalam waktu 90 hari. Selain itu, untuk sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yang biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun, BPOM mempercepatnya menjadi satu hingga dua bulan dengan metode asistensi intensif.
Baca Juga : Keracunan Makanan: Jemaah Haji Diimbau Makan Sesuai Jadwal
Percepatan ini tidak hanya mempercepat kehadiran obat inovatif di pasar, tetapi juga memungkinkan pasien kanker mendapatkan pengobatan yang lebih cepat dan efektif. Kehadiran obat-obatan baru yang lebih spesifik diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada metode konvensional seperti kemoterapi, radioterapi, hormon terapi, atau amputasi, yang sering kali memiliki dampak samping signifikan.
Taruna juga menyoroti pentingnya keberagaman jenis obat kanker agar pengobatan menjadi lebih personal dan sesuai dengan kebutuhan tiap pasien. Ia berharap, dengan semakin banyaknya opsi terapi, angka kematian akibat kanker yang mencapai 60 persen dapat ditekan secara bertahap.
BPOM juga mendorong kolaborasi antara industri farmasi dalam negeri dan luar negeri. Tujuannya adalah memperkuat ekosistem inovasi dan mempercepat pengembangan teknologi farmasi di Indonesia. Taruna menyebutkan bahwa pihaknya telah menjalin komunikasi dan membuka peluang kerja sama dengan negara-negara seperti India, Amerika Serikat, dan Jepang untuk mengundang investasi dan transfer teknologi.
Salah satu bentuk nyata dari penguatan industri farmasi onkologi dalam negeri terlihat dari pengembangan fasilitas produksi milik PT Kalbe Farma Tbk melalui GOF. Saat ini, GOF memiliki kapasitas produksi sebesar lima juta vial sediaan steril dan 50 juta tablet atau kapsul per tahun. Fasilitas ini menjadi pusat produksi pertama di Indonesia yang fokus pada terapi target kanker.
Presiden Direktur Kalbe Farma, Irawati Setiady, menjelaskan bahwa GOF memproduksi berbagai bentuk sediaan seperti injeksi cair, injeksi beku kering, tablet, dan kapsul keras. Produk ini mendukung terapi kemoterapi, hormon, dan terapi target. GOF juga mengadopsi teknologi manufaktur canggih, seperti sistem isolasi proses, pengisian aseptis dengan lengan robotik. Serta kontrol mutu berbasis sistem SMART Manufacturing.
Penggunaan teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga menjamin keamanan produk serta mendukung prinsip keberlanjutan lingkungan. Inovasi yang diterapkan oleh GOF sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperluas akses layanan kesehatan berkualitas bagi masyarakat. Serta membangun ketahanan sistem kesehatan nasional.
Langkah BPOM dalam mempercepat proses registrasi obat dan mendorong kolaborasi lintas sektor menunjukkan komitmen kuat dalam mengatasi beban kanker di Indonesia. Diharapkan, berbagai upaya ini dapat memberikan dampak signifikan dalam menurunkan angka kematian akibat kanker sekaligus memperkuat kemandirian farmasi nasional.
Simak Juga : Rahasia Kulit Cerah Alami: Buah Pepaya untuk Kecantikan Kulit