Net Protozo – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini merilis laporan yang mengejutkan lebih dari 1 miliar orang di dunia hidup dengan gangguan mental. Jenis gangguan yang paling umum adalah depresi dan kecemasan, yang dapat berdampak langsung terhadap produktivitas, kualitas hidup, hingga hubungan sosial individu. Angka ini menunjukkan bahwa masalah mental bukan sekadar isu pribadi, melainkan krisis kesehatan masyarakat global.
Laporan WHO juga menyoroti kelompok usia muda yang paling rentan. Remaja dan dewasa muda menghadapi tekanan akademis, sosial, hingga ekonomi yang membuat mereka rentan terhadap depresi, stres berat, dan gangguan kecemasan. Hal ini mempertegas bahwa kesehatan mental generasi penerus bangsa tidak bisa dianggap sepele, melainkan harus menjadi prioritas dalam kebijakan kesehatan di seluruh dunia.
Bunuh diri kini tercatat sebagai penyebab kematian ketiga pada kelompok usia 15–29 tahun. Data WHO menyebutkan sekitar 727.000 orang meninggal karena bunuh diri pada tahun 2021, dan mayoritas kasus terjadi di negara berpenghasilan rendah serta menengah. Fakta ini menunjukkan adanya kesenjangan besar dalam akses terhadap layanan kesehatan mental yang memadai.
Generasi muda menjadi kelompok yang paling terancam karena mereka masih berada pada fase transisi, baik secara psikologis maupun sosial. Dalam periode ini, mereka lebih rentan terhadap tekanan lingkungan, pengaruh media sosial, dan krisis identitas. Ketika masalah tidak tertangani, risiko bunuh diri menjadi lebih tinggi.
Meski kesadaran akan pentingnya kesehatan mental semakin meningkat, masih ada banyak faktor penghambat yang membuat masalah ini sulit diatasi. WHO menggarisbawahi bahwa hanya sebagian kecil negara yang memiliki strategi nasional pencegahan bunuh diri.
Beberapa kendala utama yang dihadapi adalah:
Tanpa perbaikan signifikan, hambatan-hambatan ini akan membuat upaya menurunkan angka bunuh diri sulit dicapai.
Remaja dan dewasa muda menghadapi kondisi unik yang membuat mereka lebih rawan mengalami gangguan mental. Dari sisi biologis, perkembangan otak mereka masih berlangsung sehingga kemampuan mengelola emosi dan stres belum sepenuhnya matang. Dari sisi sosial, tekanan akademik, tuntutan karier, dan paparan media sosial sering menambah beban psikologis.
Ada beberapa alasan utama mengapa kelompok usia ini sangat rentan:
WHO menekankan bahwa masalah mental bisa dicegah dan ditangani bila ada strategi global dan nasional yang jelas. Beberapa rekomendasi yang bisa diterapkan antara lain:
Simak Juga : Waspada! 6 Gejala Kanker Tenggorokan yang Kerap Terlewatkan
Laporan WHO tentang 1 miliar orang dengan masalah mental dan tingginya angka bunuh diri di kalangan generasi muda menjadi peringatan keras bagi dunia. Masalah ini bukan hanya urusan individu, tetapi tanggung jawab bersama untuk memastikan generasi mendatang memiliki kesehatan mental yang baik.
Jika stigma dihapus, layanan diperluas, dan program khusus untuk remaja diperkuat, maka ancaman bunuh diri dapat ditekan. Melindungi generasi muda berarti menjaga masa depan dunia, karena mereka adalah aset yang akan menentukan arah peradaban berikutnya.
Artikel tentang Krisis Mental ditulis ulang oleh : Abra Azhari | Editor : Micheal Halim
Sumber Informasi : Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)