Net Protozo – Ovulasi merupakan salah satu fase penting dalam siklus menstruasi wanita. Pada tahap ini, ovarium melepaskan sel telur matang yang siap dibuahi oleh sperma. Menurut keterangan National Health Service (NHS) di Inggris, ovulasi biasanya terjadi sekitar 10 hingga 16 hari sebelum menstruasi berikutnya, meski waktunya dapat berbeda pada tiap wanita. Pada siklus menstruasi yang berlangsung 28 hari, proses ini umumnya terjadi sekitar hari ke-14. Pemahaman mengenai tanda ovulasi sangat penting agar wanita dapat mengenali kapan masa subur berlangsung.
Pemahaman mengenai tanda-tanda ovulasi penting bagi setiap wanita. Hal ini tidak hanya bermanfaat untuk mereka yang sedang merencanakan kehamilan, tetapi juga bagi yang ingin menunda tanpa penggunaan kontrasepsi hormonal. Cleveland Clinic menjelaskan bahwa proses ovulasi sangat dipengaruhi oleh hormon luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Kedua hormon tersebut berperan dalam pelepasan sel telur sekaligus mempersiapkan rahim menghadapi kemungkinan kehamilan.
Dengan mengenali perubahan yang muncul saat masa subur, seorang wanita dapat lebih memahami tubuhnya, mengetahui siklus reproduksi secara lebih jelas, serta mengambil langkah yang tepat terkait kesehatan reproduksi.
Secara sederhana, ovulasi adalah pelepasan sel telur matang dari ovarium menuju tuba falopi. Di sinilah sel telur menunggu pembuahan. American Pregnancy Association menjelaskan bahwa sel telur hanya dapat bertahan hidup selama 12 hingga 24 jam setelah dilepaskan. Sebaliknya, sperma dapat bertahan di dalam tubuh wanita antara tiga hingga lima hari. Oleh karena itu, masa paling subur terjadi pada beberapa hari menjelang ovulasi dan saat pelepasan sel telur berlangsung.
Jika pembuahan berhasil, sel telur akan menempel pada dinding rahim atau terjadi implantasi. Namun, bila tidak dibuahi, sel telur akan hancur dan dikeluarkan bersama lapisan dinding rahim dalam bentuk menstruasi.
Tidak semua wanita merasakan gejala yang sama ketika mengalami ovulasi. Sebagian bahkan tidak menyadarinya. Meski demikian, terdapat sejumlah tanda umum yang bisa dijadikan acuan untuk mengenali masa subur.
Salah satu tanda utama adalah perubahan cairan serviks. Menjelang ovulasi, cairan yang keluar dari leher rahim menjadi lebih encer, bening, dan elastis menyerupai putih telur mentah. Kondisi ini mendukung pergerakan sperma agar lebih mudah mencapai sel telur.
Baca Juga : Hidung Tersumbat: Penyebab dan Cara Mengatasinya
Tanda lainnya adalah peningkatan suhu tubuh basal. Suhu tubuh cenderung stabil sebelum ovulasi, kemudian meningkat sekitar 0,5 hingga 1 derajat Celsius setelah ovulasi berlangsung. Pengukuran suhu tubuh setiap pagi sebelum bangun tidur dapat membantu memprediksi kapan ovulasi terjadi.
Selain itu, posisi serviks juga berubah. Saat ovulasi, leher rahim biasanya berada lebih tinggi, terasa lembut, terbuka, dan lembap. Perubahan ini dipengaruhi oleh fluktuasi hormon yang mengatur sistem reproduksi.
Beberapa wanita juga merasakan nyeri ringan atau kram di bagian bawah perut. Kondisi ini dikenal dengan istilah mittelschmerz dan umumnya hanya terjadi pada salah satu sisi, sesuai ovarium yang melepaskan sel telur.
Dorongan seksual biasanya meningkat pada masa ovulasi. Hal ini terjadi karena tubuh secara alami memberikan sinyal untuk berhubungan pada waktu yang paling memungkinkan terjadinya pembuahan.
Selain itu, sebagian wanita mengalami perubahan pada payudara, seperti rasa nyeri atau lebih sensitif. Gejala ini timbul akibat naik turunnya hormon estrogen dan progesteron. Ada juga gejala tambahan lain, misalnya perut kembung, bercak ringan, peningkatan penciuman, perubahan suasana hati, hingga peningkatan nafsu makan.
Mengetahui tanda-tanda ovulasi memiliki beberapa manfaat penting. Bagi wanita yang ingin hamil, hubungan seksual pada masa subur akan meningkatkan peluang pembuahan. Sebaliknya, bagi yang ingin menunda kehamilan secara alami, memahami waktu ovulasi dapat membantu menghindari hubungan intim pada periode tersebut.
Tanda ovulasi juga bisa menjadi indikator kesehatan reproduksi. Gangguan pada proses ini dapat menandakan adanya masalah medis, misalnya sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau gangguan hormonal lainnya. Bila siklus menstruasi tidak teratur atau tanda ovulasi jarang muncul, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis.
Di sisi lain, memahami masa ovulasi membuat wanita lebih mengenal tubuhnya sendiri. American Pregnancy Association menekankan bahwa pengetahuan ini membantu meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan reproduksi jangka panjang.
Ovulasi biasanya hanya berlangsung singkat, yakni 12 hingga 24 jam setelah sel telur dilepaskan dari ovarium. Kemungkinan hamil di luar masa ovulasi relatif kecil, tetapi tetap mungkin terjadi karena sperma dapat bertahan hingga lima hari dalam tubuh wanita. Tidak semua wanita merasakan tanda-tanda ovulasi, sehingga metode tambahan seperti tes ovulasi bisa digunakan.
Nyeri ringan saat ovulasi masih tergolong normal, tetapi jika rasa sakit terasa berat, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Selain itu, faktor seperti stres, penyakit, hingga perubahan gaya hidup dapat memengaruhi proses ovulasi karena berhubungan langsung dengan keseimbangan hormon.
Simak Juga : Benarkah Mangga Bisa Memperparah Penyakit Diabetes? Ini Faktanya