Net Protozo – Minyak goreng dan mentega merupakan bahan yang tak terpisahkan dari dapur rumah tangga Indonesia. Keduanya digunakan dalam berbagai jenis masakan, mulai dari menumis sayuran, menggoreng lauk, hingga membuat aneka kue. Namun, banyak orang mulai bertanya-tanya, mana yang lebih sehat di antara keduanya?
Menurut Prof. Muhammad Rizal Martua Damanik, Ahli Gizi dan Guru Besar dari Departemen Gizi Masyarakat IPB University, minyak dan mentega memiliki dampak berbeda terhadap tubuh. Hal ini sangat bergantung pada jenis, jumlah, dan pola konsumsi secara keseluruhan. Ia menjelaskan bahwa terdapat perbedaan mendasar antara minyak nabati dan hewani, terutama dalam komposisi lemak dan kandungan gizinya.
Minyak goreng umumnya berasal dari bahan nabati seperti kelapa, kelapa sawit, zaitun, dan kanola. Sementara mentega berasal dari lemak hewani, yaitu susu, yang mengandung lemak jenuh cukup tinggi. Ada juga versi nabati dari mentega yang dikenal sebagai mentega vegan.
Prof. Rizal menekankan bahwa konsumsi lemak jenuh dan lemak trans dalam jumlah berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit kronis. Lemak tersebut umumnya terdapat dalam produk hewani seperti mentega. Jika dikonsumsi tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik, lemak tersebut dapat memengaruhi kesehatan jantung, metabolisme tubuh, dan berat badan.
Ia menambahkan bahwa lemak jenuh dan trans bisa memicu peradangan dan meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah serta gangguan metabolik lainnya. Oleh karena itu, penting untuk bijak dalam mengonsumsi lemak, baik dari minyak maupun mentega.
Minyak nabati sering kali dianggap lebih sehat, terutama minyak zaitun, minyak alpukat, dan minyak kanola. Ketiga jenis minyak ini mengandung lemak tak jenuh yang dapat membantu menurunkan kolesterol jahat dan mendukung fungsi jantung. Lemak tak jenuh juga bermanfaat bagi kesehatan otak dan sistem imun tubuh.
Namun demikian, tidak semua minyak nabati selalu lebih baik. Beberapa jenis minyak mengandung kadar lemak omega-6 yang tinggi atau bahkan lemak trans. Jika dikonsumsi berlebihan, jenis lemak ini justru dapat memicu peradangan dan meningkatkan risiko penyakit serius seperti kanker.
Baca Juga : Buah Lucuma: Pemanis Alami untuk Tekanan Darah & Kesehatan
Prof. Rizal menyarankan agar masyarakat memilih jenis minyak yang lebih sehat dan mengonsumsinya dalam jumlah wajar. Menurutnya, kunci dari pola makan sehat bukan hanya pada jenis lemak yang dipilih, tetapi juga jumlah dan frekuensinya.
Beberapa jenis minyak yang disarankan untuk dikonsumsi antara lain minyak zaitun yang baik untuk jantung dan kaya antioksidan, minyak alpukat yang mengandung vitamin E dan karotenoid, serta minyak kanola yang kaya omega-3. Minyak kelapa juga memiliki manfaat dalam meningkatkan metabolisme, tetapi disarankan hanya digunakan 1–2 sendok makan per hari. Sementara itu, minyak wijen dapat mendukung kesehatan tulang karena kandungan kalsiumnya.
Meskipun beberapa jenis minyak tergolong sehat, penggunaannya tetap perlu diperhatikan. Misalnya, minyak kelapa tidak disarankan digunakan dalam suhu tinggi karena bisa mengalami oksidasi yang merusak kualitas lemak.
Bagi mereka yang ingin mengurangi konsumsi minyak dan mentega, ada beberapa alternatif yang bisa dipilih. Minyak zaitun bisa digunakan untuk menumis ringan atau sebagai dressing salad. Dalam membuat kue, mentega dapat diganti dengan bahan alami seperti saus apel atau puree pisang. Penggantian ini tidak hanya menurunkan kadar lemak jenuh, tapi juga dapat mempertahankan rasa yang lezat.
Prof. Rizal juga mengingatkan masyarakat untuk selalu membaca label pada produk pangan, terutama minyak goreng, mentega, dan margarin. Setiap produk memiliki kegunaan berbeda, ada yang khusus untuk menggoreng, menumis, atau memanggang. Pemilihan produk yang tepat akan membantu menjaga kualitas makanan dan kesehatan tubuh dalam jangka panjang.
Dengan pemahaman yang baik mengenai perbedaan jenis lemak dan cara penggunaannya, kita bisa membuat keputusan yang lebih sehat untuk keluarga di rumah.
Simak Juga : Aurel Hermansyah: Pose Menarik Saat Liburan di Madrid