Net Protozo – Minuman manis seperti teh kemasan, minuman bersoda, kopi kekinian, dan jus buah dengan tambahan gula memang sangat digemari oleh banyak orang. Rasanya yang manis dan segar membuat minuman tersebut terasa memuaskan dan kerap menjadi bagian dari rutinitas harian. Namun, di balik kenikmatan sesaat itu, terdapat risiko kesehatan yang tidak boleh diabaikan.
Penelitian dari Journal of the American College of Cardiology menunjukkan bahwa konsumsi minuman berpemanis secara rutin dapat meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 20 persen. Hal ini karena tingginya kadar gula dalam minuman tersebut menyebabkan lonjakan gula darah yang memicu resistensi insulin serta gangguan metabolisme lemak. Dengan kata lain, minuman manis dapat membebani sistem tubuh dan berkontribusi pada masalah kesehatan serius.
Dampak negatif dari minuman manis juga telah dibuktikan oleh The Lancet Public Health. Mereka mencatat bahwa konsumsi minuman berpemanis secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2. Menariknya, bahaya ini tidak hanya mengintai orang yang memiliki berat badan berlebih, tapi juga mereka yang memiliki berat badan normal. Gula yang berlebihan dapat merusak organ penting seperti hati dan pankreas, sehingga efeknya sangat luas dan berbahaya.
Salah satu alasan minuman manis bisa membuat ketagihan adalah karena gula memengaruhi otak secara langsung. Menurut Harvard T.H. Chan School of Public Health, konsumsi gula memicu pelepasan hormon dopamin yang menimbulkan rasa senang. Sensasi ini membuat seseorang ingin terus mengulanginya. Selain itu, setelah mengonsumsi minuman manis, kadar gula darah sering naik dan kemudian turun drastis. Fluktuasi ini menimbulkan rasa lemas dan lapar palsu, yang memicu keinginan untuk mengonsumsi gula lagi. Pola ini mirip dengan siklus ketergantungan pada zat adiktif.
Baca Juga : Ejakulasi Dini Pada Pria: Batas Waktu Normal dan Dampaknya
Faktor sosial juga berperan penting dalam kebiasaan mengonsumsi minuman manis. Misalnya, minum kopi susu kekinian saat nongkrong, membeli minuman kemasan saat bepergian, atau menjadikan minuman manis sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari membuat konsumsi gula terlihat biasa. Industri minuman pun memanfaatkan hal ini dengan pemasaran agresif, kemasan menarik, dan harga yang terjangkau. Semua ini membuat minuman manis sulit dihindari, terutama bagi kalangan muda.
Konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang membawa banyak risiko. Salah satu dampak utama adalah peningkatan risiko diabetes tipe 2. American Diabetes Association menjelaskan bahwa lonjakan gula darah yang terus-menerus memaksa pankreas memproduksi lebih banyak insulin, yang kemudian menyebabkan resistensi insulin. Obesitas juga menjadi ancaman besar karena kalori dari minuman manis tidak membuat kenyang sehingga kita terdorong untuk makan lebih banyak. Studi dari Journal of the American Heart Association menunjukkan bahwa minuman berpemanis berkontribusi pada peningkatan berat badan dan penumpukan lemak visceral, yang sangat berbahaya bagi kesehatan jantung.
Selain itu, gula yang berlebihan juga dapat memicu peradangan kronis, menaikkan tekanan darah, dan mengganggu kadar lipid darah. Semua kondisi ini merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung dan stroke. Kerusakan gigi juga tidak kalah serius. Bakteri di mulut mengonsumsi gula dari minuman manis dan menghasilkan asam yang merusak enamel gigi, menyebabkan gigi berlubang dan masalah pada gusi.
Banyak orang beranggapan bahwa minuman bersoda adalah satu-satunya minuman berbahaya, tetapi kenyataannya minuman lain yang tampak sehat pun sering mengandung gula dalam jumlah besar. Contohnya adalah jus buah kemasan yang biasanya diberi tambahan gula agar rasanya lebih kuat. Menurut World Health Organization (WHO), satu botol jus kemasan bisa mengandung gula yang setara dengan batas harian yang dianjurkan, yaitu 25 gram. Minuman olahraga dan energi juga sarat gula, meskipun tanpa aktivitas fisik yang intens, kalori dan gula tersebut hanya menumpuk menjadi lemak.
Kopi dan teh kekinian sering menjadi sumber gula tersembunyi lain. Penelitian dalam Journal of Food Science and Technology mencatat bahwa satu gelas kopi susu dengan tambahan sirup dan topping bisa mengandung antara 40 hingga 60 gram gula. Bahkan susu rasa seperti cokelat atau stroberi mengandung gula tambahan yang dampaknya mirip minuman bersoda. Oleh karena itu, penting untuk membaca label kandungan gula agar tidak mengonsumsi gula berlebih dari minuman yang tampak sehat.
Mengurangi konsumsi minuman manis sebaiknya dilakukan bertahap agar tubuh bisa beradaptasi. Gantilah dengan air putih, infused water, atau teh tanpa gula. Kurangi frekuensi dari setiap hari menjadi beberapa kali seminggu, lalu semakin jarang. Membaca label gizi penting karena WHO merekomendasikan gula tambahan maksimal 5–10% dari kalori harian. Membuat minuman sendiri juga membantu mengontrol gula dengan pemanis aman seperti stevia atau eritritol.
Mengurangi minuman manis bukan hanya soal diet, tapi juga perubahan pola pikir. Kenikmatan sesaat bisa berujung pada masalah kesehatan serius. Edukasi tentang bahaya gula penting untuk membentuk kebiasaan sehat. Menciptakan lingkungan yang mendukung dengan menyediakan minuman sehat dan mengurangi stok minuman manis membantu pilihan lebih baik. Hargai kemajuan kecil, karena perubahan konsisten berdampak besar bagi kesehatan jangka panjang.
Simak Juga : Penerapan Standar AS pada Dokter Spesialis Indonesia, Menkes Fokus Percepat Kelulusan