Net Protozo – Kanker kandung empedu adalah penyakit serius yang perlu diwaspadai, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat infeksi tifoid atau tipes. Pada tahap awal, gejala kanker kandung empedu sering kali tidak spesifik dan mudah terabaikan. Namun, ada beberapa tanda yang sebaiknya diperhatikan, terutama jika seseorang memiliki faktor risiko tertentu.
Gejala awal kanker kandung empedu bisa muncul sebagai nyeri di perut bagian kanan atas. Rasa nyeri ini bisa bersifat tumpul atau tajam, dan biasanya muncul setelah mengonsumsi makanan berlemak. Selain itu, gangguan pencernaan seperti mual, muntah, dan kembung juga sering terjadi. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas merupakan sinyal lain yang tidak boleh diabaikan. Kadang-kadang, pasien mengalami demam ringan yang datang berulang kali. Pada kasus yang lebih lanjut, munculnya warna kuning pada kulit dan mata, yang disebut ikterik, bisa terjadi apabila kanker mulai menyumbat saluran empedu. Tanda lain yang dapat terlihat adalah feses berwarna pucat dan urin yang gelap.
Infeksi tifoid berulang memiliki kaitan yang kuat dengan risiko kanker kandung empedu. Penyakit tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, yang dalam kondisi tertentu bisa bertindak sebagai agen karsinogenik. Jika infeksi tifoid berlangsung berulang kali atau menetap dalam waktu lama di kantong empedu, bakteri tersebut dapat berkolonisasi dan membentuk biofilm yang sulit dihilangkan, terutama bila disertai adanya batu empedu. Dalam kondisi kronis, bakteri menghasilkan racun dan senyawa pro-inflamasi, seperti nitrosamin, yang dapat merusak DNA sel epitel kandung empedu. Kerusakan ini mendorong perubahan sel normal menjadi sel kanker, khususnya adenokarsinoma.
Baca Juga : Cegah Skoliosis: Cara Mencegah dan Menangani Anak Remaja
Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kanker kandung empedu akibat tifoid meliputi riwayat infeksi tifus yang berulang lebih dari dua kali dalam lima tahun terakhir. Pasien yang menjadi pembawa kronis Salmonella typhi tanpa gejala juga memiliki risiko tinggi. Selain itu, keberadaan batu empedu menjadi faktor penting karena bakteri dapat menempel dan bertahan di dalam biofilm pada batu tersebut. Kondisi kebersihan makanan dan air yang buruk, seperti yang sering ditemukan di wilayah endemis di Indonesia, juga meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi. Usia di atas 40 tahun dan jenis kelamin wanita menjadi faktor tambahan yang membuat seseorang lebih rentan terhadap kanker kandung empedu.
Di Indonesia, tifoid masih menjadi masalah kesehatan yang endemis di banyak daerah. Sanitasi yang buruk, air minum yang tidak bersih, dan kebiasaan mengonsumsi jajanan kaki lima yang kurang higienis menjadi penyebab tingginya angka infeksi tifoid. Banyak kasus tifoid yang tidak terdiagnosis dengan tepat atau pengobatannya tidak tuntas, sehingga meningkatkan kemungkinan seseorang menjadi pembawa kronis bakteri tersebut. Selain itu, akses terhadap pemeriksaan USG abdomen yang dapat mendeteksi batu empedu dan infeksi kronis masih terbatas. Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat seperti gorengan dan jeroan juga memperburuk risiko batu empedu, yang pada akhirnya meningkatkan potensi kanker kandung empedu. Edukasi mengenai hubungan antara infeksi kronik dan kanker masih sangat kurang, sehingga kesadaran masyarakat terhadap risiko ini juga rendah.
Pencegahan tifoid menjadi langkah utama dalam menurunkan risiko kanker kandung empedu. Beberapa cara yang disarankan untuk mencegah tifoid antara lain memastikan air minum selalu dalam kondisi bersih, dengan direbus atau diklorinasi. Makanan yang dikonsumsi hendaknya berasal dari sumber yang higienis dan dihindari jika terbuka atau tidak terjamin kebersihannya. Terutama makanan dari pedagang kaki lima. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air sangat penting dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi. Vaksinasi tifoid juga dianjurkan, terutama bagi anak-anak dan orang-orang yang tinggal di daerah endemis, dengan pemberian ulang setiap tiga tahun.
Jika seseorang sudah pernah terkena tifoid, pengobatan harus dilakukan secara tuntas dan tidak boleh dihentikan sebelum waktunya, meskipun gejala sudah hilang. Pemeriksaan lanjutan melalui feses atau urine perlu dilakukan untuk memastikan bakteri benar-benar hilang dari tubuh. Deteksi dini terhadap batu empedu dan infeksi kronis sangat dianjurkan. Hal ini terutama bagi yang memiliki gejala dispepsia seperti mual, muntah, dan kembung, riwayat tifoid berulang. Pemeriksaan pembawa kronis Salmonella typhi juga dapat membantu mengidentifikasi risiko sejak dini.
Selain itu, gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menurunkan risiko batu empedu dan kanker kandung empedu. Hindari konsumsi makanan tinggi kolesterol dan gorengan yang dapat memicu pembentukan batu empedu. Sebaliknya, perbanyak asupan serat, sayur, dan air putih serta rutin berolahraga. Dengan langkah pencegahan yang tepat dan kesadaran akan risiko, komplikasi serius seperti kanker kandung empedu akibat tifoid dapat diminimalisasi.
Secara keseluruhan, mengenali gejala awal dan memahami faktor risiko sangat penting bagi pencegahan kanker kandung empedu. Khususnya bagi mereka yang memiliki riwayat tifoid, kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan kandung empedu harus menjadi prioritas agar deteksi dini dan penanganan dapat dilakukan secara optimal.
Simak Juga : Lindungi Anak Laki-laki dari Kanker dengan Vaksin HPV