Net Protozo – Biduran, atau dalam istilah medis disebut urtikaria, adalah kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya ruam merah atau bentol-bentol yang gatal. Beberapa orang juga merasakan perih atau sensasi panas di area yang terkena. Meskipun biduran sering dianggap ringan, bila muncul berulang atau berlangsung lama, hal ini bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan tertentu.
Menurut NHS UK, biduran umumnya membaik dalam beberapa hari dan dapat diatasi dengan obat antihistamin. Namun, jika gejala sering muncul, menetap lebih dari enam minggu, atau disertai gejala serius seperti sesak napas, kondisi ini sebaiknya tidak dianggap sepele. Penting untuk memahami penyebab, cara penanganan, dan tanda yang menunjukkan perlu berkonsultasi ke dokter.
Biduran terjadi ketika tubuh bereaksi terhadap pemicu tertentu. Sel kulit melepaskan histamin dan zat kimia lain yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah kecil, sehingga timbul bentol, ruam merah, dan rasa gatal. Salah satu pemicu umum adalah alergi makanan. Beberapa jenis makanan yang sering menyebabkan reaksi antara lain kacang tanah, kacang pohon, telur, susu sapi, kedelai, gandum, ikan, dan kerang. Reaksi bisa muncul beberapa menit hingga jam setelah mengonsumsi makanan. Pada kasus tertentu, paparan kecil pun dapat memicu biduran, misalnya hanya dengan menyentuh atau mencium aroma makanan tertentu.
Selain makanan, obat-obatan juga bisa menjadi penyebab biduran. Antibiotik seperti penisilin dan sulfa, serta obat pereda nyeri seperti aspirin atau ibuprofen, kerap menimbulkan reaksi alergi. Reaksi obat bisa memunculkan gejala serius seperti sesak napas, pusing, atau pembengkakan wajah, sehingga penting memberi tahu dokter mengenai riwayat alergi sebelum mengonsumsi obat baru.
Baca Juga : Manfaat Daun Suji, Pewarna Alami yang Kaya Khasiat Kesehatan
Gigitan atau sengatan serangga, misalnya dari lebah, tawon, semut api, atau nyamuk, juga dapat memicu biduran. Pada sebagian orang, reaksi ringan hanya menimbulkan bentol kecil dan gatal. Namun, bagi yang sangat sensitif, gigitan atau sengatan serangga dapat menyebabkan reaksi alergi berat atau anafilaksis yang mengancam nyawa.
Faktor lingkungan dan fisik turut memengaruhi munculnya biduran. Suhu dingin, panas, keringat berlebih, tekanan pada kulit, atau paparan sinar matahari bisa menjadi pemicu. Kondisi ini dikenal dengan istilah physical urticaria, dan meski biasanya tidak berbahaya, dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Biduran juga bisa muncul akibat infeksi virus, seperti flu, hepatitis, mononukleosis, hingga COVID-19, maupun infeksi bakteri seperti radang tenggorokan atau infeksi saluran kemih. Beberapa penyakit autoimun dan gangguan tiroid juga sering dikaitkan dengan biduran kronis. Dalam kasus jarang, biduran bisa menjadi gejala awal penyakit serius seperti vasculitis atau kanker.
Stres emosional menjadi faktor lain yang memicu biduran. Saat stres, tubuh melepaskan hormon kortisol yang memengaruhi sistem imun, sehingga sebagian orang mengalami pelepasan histamin berlebih. Fenomena ini disebut stress-induced urticaria, dan manajemen stres melalui relaksasi, olahraga ringan, atau tidur cukup terbukti membantu mengurangi frekuensi kekambuhan.
Sekitar 30–50% kasus biduran kronis tidak diketahui penyebab pastinya dan disebut chronic idiopathic urticaria. Meski tidak membahayakan, kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup karena rasa gatal dan bentol yang terus muncul. Terapi biasanya berfokus pada kontrol gejala menggunakan antihistamin jangka panjang.
Sebagian besar biduran ringan dapat ditangani sendiri. Mengonsumsi antihistamin non-drowsy, mengompres bagian kulit yang gatal dengan kain dingin, dan menggunakan pelembap atau krim anti-gatal dapat meredakan gejala. Menghindari pemicu, mengenakan pakaian longgar, dan mengikuti petunjuk dokter bila diperlukan juga penting.
Konsultasi dengan dokter disarankan bila biduran berlangsung lebih dari enam minggu, sering kambuh tanpa sebab jelas, disertai demam, nyeri, atau rasa tidak nyaman. Pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan serta kesulitan bernapas, menelan, atau suara serak mendadak merupakan tanda darurat yang memerlukan penanganan segera.
Meski biduran jarang berbahaya, penting memahami gejala dan penyebabnya. Biduran tidak menular, tetapi dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Dengan mengenali pemicu dan cara penanganan, sebagian besar kasus dapat sembuh total atau setidaknya dikontrol sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Simak Juga : Hobi Gorengan? Dokter Beberkan Risiko Kanker dan Cara Menghindarinya